Labels

Monday, August 20, 2012

Resensi Novel: TOTTO CHAN - Gadis Cilik di Jendela


Judul : Totto chan – Gadis cilik di jendela
Pengarang : Tetsuko Kuroyanagi 
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 272 halaman 
ISBN-10: 979 – 22 – 3655 – 4
ISBN-13: 978 – 979 – 22 – 3655 – 2
                


Totto chan, seorang gadis manis yang –sayangnya- dianggap berbeda oleh teman-teman TK nya yang lain. Bayangkan saja, mama sangat sering dipanggil bu guru ke sekolah gara-gara tingkah lakunya yang aneh. Totto chan sering sekali menggambar tanpa mengikuti pelajaran yang diberikan gurunya. Ia juga pernah memanggil para pemusik jalanan lewat jendela kelasnya dan menyuruh mereka bermain musik, yang akibatnya, gaduhlah seisi kelas dan membuat kepala sekolahnya tak habis berpikir.
                Ia bahkan membuat kegaduhan di hari pertamanya  masuk sekolah dengan selalu mengulang-ulang membuka loker mejanya, untuk kemuadian mengambil –hanya 1(satu)- benda dari tempat pensilnya lalu menutup lokernya kembali. Tentu saja gerakannya terhadap loker meja itu membuat suara gaduh. Meskipun ia ingin mengambil 2 atau bahkan 3 benda sekaligus dari tempat pensilnya, ia akan mengulang gerakan-gerakan tersebut sebanyak dua atau tiga kali.
                Dikeluarkan dari sekolah, tak lantas membuatnya sedih –karena mamanya memang tak memberitahukannya- sang mama mencarikan sebuah sekolah ajaib untuk totto chan. Mr.Kobayasi, sang kepala sekolah adalah teman barunya kini. Totto chan sangat kagum dengan deretan gerbong kereta api yang menjadi kelasnya kini. Di sekolah barunya kini, ia dapat bebas belajar apa saja tanpa terkekang oleh jadwal, karena Mr.Kobayasi mempersilakan seluruh anak didiknya belajar apa saja yang disukainya.
                Makan siang pun selalu penuh dengan canda tawa. Dengan bekal “sesuatu dari laut dan sesuatu dari gunung”, mereka semua tertawa dan bertepuk tangan menanggapi cerita seorang murid yang kebagian bercerita sesuai jadwalnya di setiap makan siang. Sekolah yang indah. Sekolah tanpa kekangan. Sekolah unik nan ajaib yang mengantarkan setiap muridnya menjadi seseorang yang diinginkannya sendiri karena adanya kebebasan untuk belajar sesuai minat masing-masing. Namun sayang, perang dunia kedua mengahapuskan semua canda tawa mereka karena seluruh gerbong terbakar oleh bom.
                Buku yang kesemuanya berisi tentang pengalaman pribadi si penulis, mengajarkan sebuah metode pendidikan yang sebenarnya. Dimana tidak ada marah-memarahi dan keegoisan guru. Bahkan ketika Totto chan membongkar tempat pembuangan kotoran sekolahnya hanya untuk mendapatkan kembali dompet kesayangannya yang tersedot, kepala sekolah hanya berkata: “kau akan mengembalikan dan membersihkan semuanya kembali kan?”. Dan tentu saja Totto chan dengan mantap mengiyakannya. Dengan perkataan Mr.Kobayasi yang lembut dan penyayang itulah, Totto chan merasa dipercayai –bahwa perbuatannya bukan hal yang salah- dan sangat senang kepala sekolah menghargai betapa berharganya dompet kesayangannya itu. Siapa yang tak akan bertanggung jawab jika ia merasa dipercaya?
                Sebuah kisah nyata yang mengobral kejujuran, kebersamaan, dan bebas kekangan. Mencerminkan perasaan para pelajar di seluruh dunia yang membenci tindakan konservatif guru yang amat kolot. Marah, makian, kejengkelan yang diluapkan, membuat malu di hadapan seluruh kelas –dan tak jarang di depan satu sekolah- bahkan perkataan yang selalu saja menyalahkan murid padahal mereka sungguh tahu bahwa sebenarnya mereka yang malas berintrospeksi diri. Dan Totto chan tidak mendapatkan itu di sekolah barunya bersama teman-teman “senasib”-nya, Mr.Kobayasi , dan guru-guru lain yang penyayang.

No comments:

Post a Comment