Santer dari jauh sekali.
Seonggok gula manis pelan-pelan membahana.
Dia dan budi baiknya.
Wajah terang bekas air wudhu.
Berkumur dari getol wirid.
Tapi dekat pelupuk mata kiri, santer
orang-orang berbincang.
Dia dan bau kudisnya.
Yang katanya dia membonceng gadis.
Yang katanya takabur dan mengulat di busuk
kubis.
Sore tadi si Tuan melihat padaku.
Tanpa tersenyum.
Memapah kasih yang kian melarut di sel
darahku.
Aku peluk-peluk kasih itu,
Biarpun si Tuan itu tidak tahu.
Aku tidak peduli yang dari jauh yang dari
dekat itu.
Aku peluk-peluk kasih itu.
Aku peluk-peluk kasih itu.
intinya, mencintai itu hanya perlu ketulusan.
ReplyDeletetidak peduli borok atau terpuji seonggok.
betul nggak?