Labels

Monday, August 20, 2012

Resensi Novel: CELINE - Bisikan Hati dari Dusun Sunyi


Judul : Celine-Bisikan Hati dari Dusun Sunyi
Pengarang : Laura Halida
Penerbit : Robbani Press
Halaman : 181
Tahun Terbit : 2004
ISBN : 979-3304-43-X
               
               

               Celine, seorang katolik taat yang terlahir sebagai anak dari ayah yang menjabat sebagai kepala organisasi kristen terkemuka –dan paling berhasil mengkristenkan domba-domba tersesat- di dataran tanah Sumatera, terpaksa harus menerima kenyataan pahit bahwa ia tidak diterima lagi dalam keluarga karena masuknya ia dalam agama Islam yang mulia. Celine yang justeru masuk Islam sepulang dari Prancis karena perkenalannya dengan wanita muslim penjaga kios bahan makanan Asia, dibuang oleh ayahnya ke sebuah hutan belantara mengerikan, setelah selama satu bulan disekap dan di-kerangkeng.
                Kini, terdamparlah ia di sebuah rumah sepasang suami isteri –Henry dan Ida- yang baik dan berbudi setelah seorang anak menemukannya di hutan. Rasa takutnya untuk ketahuan keluarga di Padang, membuat ia terpaksa berpura-pura tidak bisa Bahasa Indonesia. Didukung paras cantiknya sebagai peranakan Prancis, Celine pun tak pernah menanggalkan bahasa Prancis-nya agar mencegah terbongkarnya identitas Celine yang asli. Terlebih, Firman, adik dari uni Ida kuliah di Padang dan sangat memungkinkan ia mengenali ayahnya yang seorang pebisnis sukses dan kayaraya.
                Dikenal sebagai seorang bule-muslimah di kampung barunya kini, Celine juga pandai membaca al-qur’an, ia pun mengajar ngaji anak-anak di surau desa. Bagaimana mungkin Firman tak jatuh hati padanya. Namun pada suatu hari, datanglah seorang sepasang suami isteri misterius yang bernama Uda Hassan dan Uni Fatima. Rasa-rasanya, Celine mengenali wajah uni Fatima. Namun, ia tak bisa lebih banyak mengingatnya. Mereka berdua dikenal sebagai muslim yang taat dan dermawan. Namun sayang, jika diajak ibadah di surau desa, mereka selalu menolak. Mereka berdua bahkan membuat pengajian baru di kediamannya, tetapi janggalnya, pengajian tersebut dilaksanakan bertepatan dengan jadwal pengajian surau.
                Semakin hari, semakin melencenglah tingkah polah para jama’ah pengajian uni Fatima dan Uda Hassan tersebut. Celine pun kini mengerti bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah  praktek kristenisasi. Dan barulah Celine sadar, bahwa “mereka-mereka” itu adalah antek-antek dan teman-teman papanya di misionaris. Untung saja, uni Ida dan Uda Hassan tidak termasuk dalam masyarakat yang mudah tergoda dnegan rayuan sembako dan elektronik gratis. Bahkan, Firman –yang ternyata tergabung dalam oragnisasi anti permutadan di kampusnya (ORGAN)- pun kini siap memerangi kristenisasi yang tengah merajalela di kampungnya, bersama Celine. Dan dengan rasa bersalah, Celine pun akhirnya membongkar rahasianya bahwa ia adalah orang Indonesia dan fasih berbahasa Indonesia serta menjelaskan alasan kebohongannya.
                Celine mencoba menghubungi adiknya Val –karena kegiatannya ini membutuhkan dana yang besar-  yang sudah 6 bulan lamanya tak bertemu. Tentu saja, Val kaget dan terkejut mendapati uninya masih hidup. Celine meminta Val datang ke kampungnya. Sedatangnya Val di kampung, Celine dan Val mulai menyelidiki “mereka” yang ternyata benar antek-antek papa mereka berdua. Walaupun Val belum terajuk masuk Islam, namun ia sangat menyayangi uninya itu dan bersedia turut serta membantu.
                Dalam “peperangan” ini, Celine, Firman, dan teman-teman ORGAN-nya mencoba mendatangi kediaman uni Fatima dan uda Hassan untuk mengajak debat terbuka. Terang-teranganlah mereka itu membela Kristen. Namun, Firman dan teman-temannya tentu tak segan membalasnya dengan hujatan ilmiah dan lemparan menohok. Hingga di akhir, “mereka” pun kalah tekak dan tak berkutik membalas gencatan argumen dari kubu islam.
                Perjuangan Celine terus berlanjut. Sempat diculik kembali oleh sang ayah yang berhasil menciduk keberadaannya, Val menolongnya dan disitulah moment pengukuhan keislaman Valerie terjadi. Val bersyahadat. Ia Islam. Ia muslimah. Karena seperti pesan kakaknya, justeru seorang Kristen taat yang rajin membaca bibel-lah yang justeru akan menemukan titik terang karena mendapati banyak sekali kecacatan yang ada pada bibelnya. Dari pesan itulah Val menjadi sering membaca bibel dan menerjemahi setiap kecacatan memalukan pada agamanya sendiri.
                Firman yang sedari bertemu pertama kali dengan Celine telah jatuh hati padanya, memutuskan untuk meminang gadis cantik itu atas saran dari seorang ustadz yang bersama-sama dengannya berjuang melawan kristenisasi. Namun sayang seribu sayang, dendam ”mereka” yang menghantui para “penentang” tertuju pada si cantik Celine. Di malam hari, Celine terbunuh dengan sebuah peluru antisuara oleh dua orang dari “mereka”. Pinangan pun luntur. Firman kehilangan seorang sholehah yang dicintainya.
                Novel ini jujur dan terasa sangat real. Detailnya sangat mencerminkan keadaan Padang yang memang marak dengan praktek kristenisasi yang sarat dengan berbagai iming-iming. Sayangnya, akhir cerita yang gantung hanya menyiratkan sebuah keadaan syahid dalam kematian Celine. Sementara hasil akhir dari perjuangan melawan kristenisasi yang ada di desa dan begitu sangat dekat, belum jelaslah hasilnya. Kelebihan buku ini terletak pada kegamblangan informasi yang diberikan si penulis mengenai kecacatan- kecacatan agama “mereka” dengan disertai  argumen atau tanggapan dari mereka sendiri, yang kemudian saling berbalasan dengan argumen dari “kita”. Alasan-alasan ilmiah tersebut jelas nampak disaat berlangsungnya perdebatan antara “mereka” dengan Firman dkk.
                Patut dibaca bagi kita muslim dan muslimah sebagai sumber informasi untuk melawan hujatan-hujatan dari “mereka”. Mendidik!

No comments:

Post a Comment