Labels

Tuesday, September 25, 2012

Pesan Kemanusiaan

Permisi Pak Hittler, eh, Sir Hittler! Saya rasa anda kurang buka mata waktu silam-silam lalu. Mungkin, masa itu, anda lupa bersihkan belek di pelupuk. Pasalnya, saya tidak dengar anda kelaparan dan meraung kepengin makan daging manusia. Tapi kok jasad tanpa arwah yang berjejeran di jalan-jalan sudah seperti sate basyar saja ya? Belum lagi umbul-umbul nazi anda yang hampir pantas dibilang 'cap kaki empat' itu. "Aneh", fikir saya. Ada saja ya genosida sekejam bapak merajalela tanpa ada lintang hambatan. Untung saja anda sudah mampus sekarang, Pak! Biar tidak tambah-tambah saja Palestina digenjot anda setelah sama Amerika.

24 September 2012 | 22.05
@csainsancendekia: for CIVIC ASIGNMENT

Friday, September 7, 2012

Ronggeng


Pada suatu hari,
Si kancil berjumpa buaya.
Buaya jahat!
Namun bodoh.
Sedang kancil, pencuri timun ulung.
Lalu apa?
Tentu kau tahu kisahnya Bung!
Tentu kau ingat lanjutannya!
Tentu kau hafal!
Lalu bagaimana dengan ceritaku?
Aku!!!
                Demi rupiah nominal seribu~
Aku gemulai menarik hati.
Selendang ini saksiku, gus!
Bahwa ketir peluh ini,
 hanya untuk buah rahimku.
Sedang ‘jalang’ menempel di dahiku.
Anak-anakku Pak!
Lihat perut buncitnya itu!
Sementara mulutnya?
Menganga sedari malam.
Ia ingin diberi nasi.
Hanya dari tarian-tarian ini.
Tentu ini namanya nestapa.
Yang setiap hari kau saksikan semua.
Di layar yang kami tak punya.
Kau hafal semuanya bukan?
Kau hafal lanjutannya!
                Satu-persatu: MATI!
Mampus dimakan lapar!
Begitupun aku yang harus rela dianggap kotor.
Sementara di pengeras suara itu...
Berkoarlah pria berpeci.
Dengan jas harga jutaan.
“Kamilah Sang Pembaharu itu!”
“Kamilah yang tuntaskan sengsara!”
LALU APA KAMI INI?
Bukti?
Atau angin yang tak sengaja semilir?
Menepis setengah pundakmu, Pak?
Hahaha.
Salah besar. BESAR.
                Hanyalah dianggap angin lalu~

January 13th 2012
for: Mr. Ipik Ernaka

Jelata


Tamparan, pedih...
Tinju-meninju angsa di kolam.
Dan ikan rebutan makanan:
                Pelet anyir dari kotoran.
Pondasi sarang lebah retak-retak.
Yang kokoh yang dari letusan, kini.
Dari tiupan selir-selir malaikat Malik.
Sedang bini di gubuk kelaparan.
Dan bocah-bocah telanjang di kubangan.
Budug!
Samakan saja hidup ini dengan kerbau!
Tiada telan selain lumpur.
Bukan mutiara China.
Bukan pula air mata duyung.
Sisik ular pun dapat yang kadut.
Bukan si indah sanca kembang-kembang.
Ini bukan saduran.
Tapi ada di rakyat kita.
Jelata.
Sehari lagi untukku mati.
Kepada-Nya.

February 13th 2012
for: Mr. Ipik Ernaka

Bikin jalan Anyer-Panarukan


Melawan bapak sendiri, masih berani aku ini.
Melawan bengis kompeni, mana bisa aku ini?
Menepis rotan punya bapak, masih kuat aku ini.
Menghindar peluru kompeni, mana daya aku ini?
Rotan sejalur, mana bersanding peluru sebedil.
Aku kini hanya dimaki sajalah~
Biar saja tunggu pemuda yang letupkan pemberontakan.
Igaku sudah linu disayat sembilu betulan.
Kecapaian bikin jalan Anyer-Panarukan.

September 05th 2012 | 10.18 pm.
@csa: applying poetry competition! #yeah

Sudah begini, saya saja perbaiki diri


Sang saka tak jenuh nyangkut di tiang.
Sayang sejuta sayang,
                Banyak juga yang terpasang setengah tiang.
Garuda tak jenuh bertengok ke kanan.
Heran teramat heran,
                Banyak juga makna perisainya tak dihafalkan.
Ranah ini tak pilu terus dipijaki.
Nusanta tak mengeluh menjadi saksi.
Sudah begini,
Indonesia masih saja percaya diri.
Yang penting kini, saya saja perbaiki diri.

September 05th 2012 | 10.00 pm.
@csa: applying poetry competition! #yeah

Monday, September 3, 2012

Membatu


Jamur melapuk.
Memesrai lagu lawas di radio model baru.
Membangkaikan; naluri untuk hindari rugi.
Sampai menjamur lagi di piring bekas mochi.
Kesorean kalau mau dijemur bawah paparan.
Terlanjur mengelebati sekelebat rasaan.
Belum sempat pasang kudaan.
Kalau saja nyeri batin di pendengaran.

September 03rd 2012 | 09.04 am.
@geographyclass

dedicated for: Serikat Orang Susah Move On #hiks





Kerja Bakti

Dulu diacuh.
Saya kemarin malah mengasuh.
Tak apa, kata saya~

Dulu ter-remeh.
Saya malah wangikan dengan sereh.
Dulu terhadang.
Saya malah terbakar semangat juang.
Sudah tak susah, kata saya~

Sekarang saya mengerti arti kerja bakti.
Tak mesti saya menarik diri.
Tergergaji dengan iri mengebiri.

Meski saya tak punya emban yang dipeniti.
Mesti saya tetap larut tanpa kerut hingga berarti mengarti.

Sept 02nd 2012 | 09.45 pm.
@mpbinsancendekia : LPJ OSIS 2012

{meruncing paruh}

Katanya, bahasa saya kurang dimengerti.
...
Justru saya yang kurang mengerti cara membahasakannya~

myheartraveler

iya nda, bener kata lo..
bukan lo yang berubah untuk bisa diterima.
tapi lo merubah (membuat) banyak orang untuk menerima lo.
gue nggak kira lo bisa sampe sejauh ini~


                                                      gue sayang lo tash :-*