Tentang jejak. Tentang “Atsar”. Tentang bagaimana manusia
mematrikan dirinya di bumi milik Tuhan. Sudah saya bilang, “raga” itu dari
Tuhan. Sementara “diri”, manusia yang menghidupkan. Ada banyak perihal cara
manusia menghidupkan dirinya. Dengan ru’yah. Dengan pandangannya. Dengan
pengaruh. Dengan wibawa. Dengan segala teori soal asal muasal Tuhan dan
kehidupan, hingga teori tentang kuman. Kali ini tentang bagaimana manusia, yang
diberi raga dan dianugerahi sebuah diri, menentukan pilihan dalam kehidupan. Sebelum
semua dikebumikan.
Ada semacam aliran dan pola pikiran, yang manusia bisa hinggapi
sebagaimana alurnya menghendaki. Tapi kemudian, ketika zaman bergantian dan
musim berpapasan, entah sufi dan pemikir rusak yang mana yang mengubah mufakat
tersebut. Katanya, jadilah orang yang baru. Jadilah manusia yang berdikari
tidak ikut kesana kemari. Katanya, buatlah sekenario sendiri. Ketika banyak
orang mendayungkan rakitnya ke satu hilir yang sama, kelokanlah laju rakit yang
kita tumpangi ke sebuah hilir baru meski keberadaannya pun belum tentu kita
ketahui. Barangkali kitalah manusia pertama yang menyinggahi. Itulah beda invention dan discovery.
Manusia memperindah raganya. Sesekali lupa menghias dirinya.
Menghias isi kepalanya. Membuka mata hatinya. Lupa pula menginjakan kaki ke
pelbagai ranah yang menyelenggrakan sekolah kehidupan. Ternyata tidak sesekali.
Manusia lupa banyak-banyak. Suatu hari manusia dipinta lagi raganya oleh Tuhan,
manusia pasti akan sesali segalanya. Segala yang tidak sempat diraihnya,
dikerjakannya, dirasainya, dicicipinya, dinikmatinya, disentuhnya, dijamahnya, dihelanya,
diseriusinya, bahkan atas apa yang belum dikentutinya.
Lebih jauh lagi, setelah masa pengkebumian, setelah
tersemat namanya sebagai alumni sekolah kehidupan, manusia lupa membuat jejak. Manusia
lupa bertapak! Manusia membawa raganya beserta dirinya keluar dari bumi Tuhan. Padahal,
sudah dibilang bahwa “diri” itu tentang kehidupan dan “raga” itu soal bernafas
dari hidung, makan dari mulut, dan buang kotoran saja. Manusia lupa mematrikan eksistensinya
di bumi Tuhan. Manusia lupa membuat ajaran. Lupa meneruskan perjuangan lewat
teman sekawan, teman satu kuliahan, atau teman sepermainan. Lupa memberi
kontribusi dan menginspirasi. Ketika manusia diperdengarkan sebuah ucapan; “Bahkan
bayi yang meninggal satu detik setelah kelahirannya saja, pasti punya misi
kenapa dia diciptakan oleh Tuhannya dan dikirim ke alam dunia”, bisa jadi
manusia akan sedikit tenang. Manusia akan berfikir bahwa setidaknya, ketika ia
lupa meninggalkan jejaknya di dunia, mungkin ada satu misi yang ia tinggalkan
di atas tanah sana. Mungkin. Wong bayi
yang langsung meninggal saja diamanahi misi ke dunia tho?
Tapi manusia yang begitu, manusia yang tidak meninggalkan
jejak seperti itu, manusia yang lupa memberi dunia setidaknya satu kontribusi
saja namun percaya dirinya telah menanggalkan satu misi yang Tuhan amanahi, bodohlah
ia jika tetap tidak mengetahui misi apa yang sebetulnya telah ia sampaikan pada
penduduk bumi. Manusia yang lain akan menertawai. Tentu saja. Karena misi yang
ditinggalkan oleh manusia macam begitu, adalah menyampaikan sebuah cerita
tentang seorang manusia bodoh yang lupa membagi sisi kebergunaannya sebagai
manusia, kepada sesamanya.
09:55 - 10:50 PM
*oke, kali ini tulisanku agak non-sense. Bisa jadi summary obrolan
bareng Wulan Andriany Putry, Sefrizal Arga Chandra Nugroho, Reyhantyo Eko Nugroho, dan guest star
malam ini: Samuel Pattinasarane. Sekarang tulisan gue ada alineanya, Sam~
**langsung nulis ketika kalian semua pulang. Tenaaaang…. Essay
workshopnya besok pasti beres deh (y)
***lagi-lagi ditemenin Unbeatable Network. Thanks Aga!
****pas tadi Kak Ully kesini, sebetulnya aku lagi ngetik
tulisan ini. Bukan ngetik essay workshop hehehe.
Ya Allah, suka banget tulisan inii
ReplyDeleteaiihhhh qoy :') makasih :*
Deletesamlekum, saya kangen nih
ReplyDeleteTulisannya "berat" yaaa. Pemilihan kata2nya oke lhoo. Aku ga bs nih bikin tulisan begini.hahahah
ReplyDeleteWah, semoga deh sama2 bisa jadi manusia yg bermanfaat utk sesama.
ReplyDeletesuka sama tulisannya! so much well-written :)
Love, Lia www.ardiatami.com