Labels

Tuesday, November 5, 2013

Tentang Jejak

     Tentang jejak. Tentang “Atsar”. Tentang bagaimana manusia mematrikan dirinya di bumi milik Tuhan. Sudah saya bilang, “raga” itu dari Tuhan. Sementara “diri”, manusia yang menghidupkan. Ada banyak perihal cara manusia menghidupkan dirinya. Dengan ru’yah. Dengan pandangannya. Dengan pengaruh. Dengan wibawa. Dengan segala teori soal asal muasal Tuhan dan kehidupan, hingga teori tentang kuman. Kali ini tentang bagaimana manusia, yang diberi raga dan dianugerahi sebuah diri, menentukan pilihan dalam kehidupan. Sebelum semua dikebumikan.
     Ada semacam aliran dan pola pikiran, yang manusia bisa hinggapi sebagaimana alurnya menghendaki. Tapi kemudian, ketika zaman bergantian dan musim berpapasan, entah sufi dan pemikir rusak yang mana yang mengubah mufakat tersebut. Katanya, jadilah orang yang baru. Jadilah manusia yang berdikari tidak ikut kesana kemari. Katanya, buatlah sekenario sendiri. Ketika banyak orang mendayungkan rakitnya ke satu hilir yang sama, kelokanlah laju rakit yang kita tumpangi ke sebuah hilir baru meski keberadaannya pun belum tentu kita ketahui. Barangkali kitalah manusia pertama yang menyinggahi. Itulah beda invention dan discovery.
     Manusia memperindah raganya. Sesekali lupa menghias dirinya. Menghias isi kepalanya. Membuka mata hatinya. Lupa pula menginjakan kaki ke pelbagai ranah yang menyelenggrakan sekolah kehidupan. Ternyata tidak sesekali. Manusia lupa banyak-banyak. Suatu hari manusia dipinta lagi raganya oleh Tuhan, manusia pasti akan sesali segalanya. Segala yang tidak sempat diraihnya, dikerjakannya, dirasainya, dicicipinya, dinikmatinya, disentuhnya, dijamahnya, dihelanya, diseriusinya, bahkan atas apa yang belum dikentutinya.
     Lebih jauh lagi, setelah masa pengkebumian, setelah tersemat namanya sebagai alumni sekolah kehidupan, manusia lupa membuat jejak. Manusia lupa bertapak! Manusia membawa raganya beserta dirinya keluar dari bumi Tuhan. Padahal, sudah dibilang bahwa “diri” itu tentang kehidupan dan “raga” itu soal bernafas dari hidung, makan dari mulut, dan buang kotoran saja. Manusia lupa mematrikan eksistensinya di bumi Tuhan. Manusia lupa membuat ajaran. Lupa meneruskan perjuangan lewat teman sekawan, teman satu kuliahan, atau teman sepermainan. Lupa memberi kontribusi dan menginspirasi. Ketika manusia diperdengarkan sebuah ucapan; “Bahkan bayi yang meninggal satu detik setelah kelahirannya saja, pasti punya misi kenapa dia diciptakan oleh Tuhannya dan dikirim ke alam dunia”, bisa jadi manusia akan sedikit tenang. Manusia akan berfikir bahwa setidaknya, ketika ia lupa meninggalkan jejaknya di dunia, mungkin ada satu misi yang ia tinggalkan di atas tanah sana. Mungkin. Wong bayi yang langsung meninggal saja diamanahi misi ke dunia tho?
     Tapi manusia yang begitu, manusia yang tidak meninggalkan jejak seperti itu, manusia yang lupa memberi dunia setidaknya satu kontribusi saja namun percaya dirinya telah menanggalkan satu misi yang Tuhan amanahi, bodohlah ia jika tetap tidak mengetahui misi apa yang sebetulnya telah ia sampaikan pada penduduk bumi. Manusia yang lain akan menertawai. Tentu saja. Karena misi yang ditinggalkan oleh manusia macam begitu, adalah menyampaikan sebuah cerita tentang seorang manusia bodoh yang lupa membagi sisi kebergunaannya sebagai manusia, kepada sesamanya.

 

Japan, November 5th 2013
09:55 - 10:50 PM

*oke, kali ini tulisanku agak non-sense. Bisa jadi summary obrolan bareng Wulan Andriany Putry, Sefrizal Arga Chandra Nugroho, Reyhantyo Eko Nugroho, dan guest star malam ini: Samuel Pattinasarane. Sekarang tulisan gue ada alineanya, Sam~
**langsung nulis ketika kalian semua pulang. Tenaaaang…. Essay workshopnya besok pasti beres deh (y)
***lagi-lagi ditemenin Unbeatable Network. Thanks Aga!
****pas tadi Kak Ully kesini, sebetulnya aku lagi ngetik tulisan ini. Bukan ngetik essay workshop hehehe.

Monday, July 15, 2013

blog when hijab meets the world: HIJAB GOES IN TO FASHION



Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ [Qs. al-Ahzab : 59].

‘Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, ….’ [Qs. an-Nûr : 31].

***
Dengan firman yang termaktubkan Tuhan dalam Alqur’an, wanita dimuliakan. Disuruh-Nya perhiasan mereka disembunyikan hingga rapat. Ditinggikan derajat mereka lewat perkara syari’at soal tutup-menutup aurat. Dan dengan titisan sifat keindahan dari milik-Nya, wanita kemudian diberikan pula sebuah intuisi dan naluri tentang bagaimana memperindah dirinya tanpa harus tidak mengindahkan kewajibannya sebagai perempuan.
Jadilah dewasa kini, masa dimana berjilbab bukan lagi sebuah prinsip kerohanian semata melainkan tuntutan gaya hidup masyarakat kota hingga desa, intuisi pemberian Tuhan itu pun mengalami semacam metamorfosa. Manusia sudah semakin kreatif melahirkan keindahan-keindahan yang nyaman dipandang mata, lagi meninggikan derajat si empunya selera. Ketika dunia memasuki era milenia, jihad tentang hak asasi kaum muslimah untuk memakai kerudung dimana saja mereka berada terlebih di dunia kerja, justeru tergantikan oleh maraknya wanita yang biasa memamerkan mahkotanya berbondong-bondong menutup kepala dengan lembaran kain berwarna. Terlebih, ditunjang dengan semakin bermacamnya model-model kerudung di pasaran.
Diawali dengan kemunculan sebuah brand kerudung instant asal kota kembang; Rabbani, serta didukung atas perannya sebagai sponsor wardrobetokoh utama wanita dalam serial keluarga di bulan puasa kala itu, masyarakat Indonesia seakan terhipnotis sebuah stigma baru tentang cara berkerudung yang tidak harus seperti emak-emak. Entah masyarakat yang lupa bahwa si tokoh utama adalah Alyssa Soebandono yang memang berparas ayu, atau model-model kerudung dari brand tersebut memang sedap di pandang mata. Yang jelas, semenjak kemunculannya ke ranah hiburan, Rabbani kian digemari kaum hawa di negeri ini. Para wanita yang memang sudah memiliki niat tersendiri untuk menutup auratnya dari lama, semakin mantap saja mengukuhkan diri.

sinetron Aisyah, 2007

kerudung yang dikenakan Alyssa adalah kerudung dari brand Rabbani

Terlebih lagi, selain karena menariknya model-model kerudung yang dikeluarkan brand tersebut, harga bandrolannya yang bisa dijangkau oleh kaum menengah itu pulalah yang menjadi alasan lain mengapa banyak wanita tidak ragu untuk berhijrah. Padahal sebelumnya, atas nama gengsi terhadap kesan tua yang ditampakkan model jilbab tempo lawas, niat mereka tersendat kendala. Fenomena yang pertama ini, saya sebut sebagai wadah memuslimahkan wanita muslim Indonesia.
Sejalan dengan berkembang pesatnya perkembangan jilbab di pasaran, tren kalangan menengah ini pun merambah ke kalangan sosialita. Dengan cara mereka sendiri, jilbab bisa berubah menjadi ihwal yang punya eksklusivitas tinggi. Seakan mencirikan kekhasan jilbab kaum jetset, model jilbab instant mulai ditinggalkan. Mereka menggantikan tren jilbab instant dengan model kerudung persegi panjang yang terinspirasi dari kerudung pashmina Timur Tengah, dan menamai gerakan jilbab mereka dengan sebutan “Hijab”. Dengan piawainya, kaum sosialita yang lekat dengan dunia fashion berselera tinggi, mentransformasikan hijab ke dalam seni menutup aurat yang lebih indah lagi. Era baru dimulai. Fenomena yang kedua ini, saya sebut sebagai fashionisasijilbab.
Dian Pelangi, Ina Rovi, Ghaida Tsurayya, dan Ria Miranda


Adalah Dian Pelangi, Ina Rovi, Ghaida Tsurayya, dan Ria Miranda. Empat dari sekian banyak desainer pakaian muslimah yang karya-karyanya menghiasi panggung runway Indonesia di kancah busana islami, khususnya busana muslimah. Ditambah lagi, muasal mereka yang sama-sama dari strata sosialita, menambah kesan eksklusif untuk pakaian-pakaian hasil rancangannya. Di kemudian hari, kelompok muslimah dari strata tersebut mengikatkan diri dalam wadah yang lebih terstruktur. Komunitas tersebut memiliki keanggotaan dan visi-misi yang tersurat. Tahun 2010, lahirlah sebuah komunitas yang mereka namai “Hijabers Community”. Sebuah kelompok dengan “Gerakan Tutup Aurat”yang lebih memikat. Ada semacam magnet tersendiri yang datang dari seni memakai hijab hasil kreasi kaum strata atas berselera fashion tinggi tersebut. Sebagai goal-nya, hijab kemudian menjadi model terusan dari jilbab yang semakin digemari perempuan serayaan negeri. Dan, semakin banyak saja yang memutuskan untuk berhijab. Menutup aurat seperti yang diperintahkan Tuhan semenjak berabad-abad lalu.
Hijabers Community
Hijabers Community = Komunitas Fashionista Islami (?)
Aksesoris-aksesoris pelengkap hijab bermunculan. Para muslimah negeri ini semakin terpoleskan dan makin cantik saja. Dari kaum selebritis, artis, model, hingga koruptor negeri pun terpikat pesona hijab. Mereka mengidentitaskan dirinya sebagai muslimah yang modis. Muslimah yang tidak kaku. Muslimah yang bebas berekspresi. Muslimah yang bisa menjawab tantangan zaman. Puncaknya, tahun 2012 adalah masa keemasan dunia hijab Indonesia. Kreativitas yang terpancar dari rancangan busana desainer muslimah Indonesia semakin terkenal ke mancanegara. Pada tahun itulah visi untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat fashionmuslim dunia mulai digaung-gaungkan.
Fenomena ini kemudian memunculkan pro dan kontra. Sebagai “jama’ah” hijab, sebagian wanita Indonesia merasa kehadiran hijab adalah jalan terbukanya ilham Tuhan untuk menyempurnakan syari’at menutup aurat. Mereka yang merasa tercerahkan, mengklaim hijab sebagai panggilan hati dari Tuhan Maha Abadi. Tidak dipungkiri pula, sebagian dari“jama’ah” tersebut menjadikan hijab sebagai tren yang perkembangannya sayang untuk tidak diikuti. Miris memang menyadari perihal rohani sepenting tutup-menutup aurat, hanya dimaknai sebagai perkembangan mode saja.
Dari sisi lain, para pengamat agama mulai bersuara. Kehadiran hijab sebagai jilbab cantik dinilai sudah tidak menceminkan kesyari’atan yang hakiki. Model-model hijab yang terlewat modis, mengalihfungsikan jilbab yang bertujuan untuk menutup perhiasan, malah dijadikan perhiasan baru oleh kaum hawa. Mereka menilai, penggerak hijab sudah tidak memerhatikan lagi ketentuan menutup aurat. Diantara ketentun tersebut adalah: tidak terawang, menutup dada, tidak ketat, dan tidak mencolok. Karena hakikatnya, hijab adalah sebuah syari’at untuk meninggikan derajat wanita di mata Tuhan bukan di mata manusia. Terlebih, dengan ketambahan gaya bermake-up yang berlebihan dan perilaku yang hedonis (cinta dunia), semakin menempatkan hijab hari ini, sebagai gaya hidup yang jauh dari sarat islami. Sampai pada tahap terakhir itulah, hijab di hari ini dianggap tidak mencerminkan lagi pesan kemuslimahan yang dimaktubkan Tuhan dalam suci Alqur’an, melainkan gaya hidup semata.
Menjawab permasalahan tersebut, salah satu tokoh muda di bidang agama yang biasa disapa Felix Siauw, menggerakkan sebuah movement baru bernama "Yuk, berhijab!". Gerakan tersebut mengusung sebuah ajakan untuk menggunakan hijab secara lebih syar'i. Dibantu dengan media internet yang serba luas dan cepat, gerakan tersebut mulai mendapat apresiasi dan dukungan berbagai pihak. Terlebih lagi, sang ustdaz muda juga bekerja sama dengan sebuah line kerudung yang fokus berproduksi di bidang hijab syar'i, "Hijab Alila" namanya.


Sebagai seorang muslimah, saya terpanggil untuk menyikapi dua sisi yang bertabrakan tadi. Para penggerak hijab yang berhasil memperkenalkan syari’at menutup aurat ke khalayak awam, jelas tidak bisa begitu saja kita diskreditkan perannya. Walau bagaimanapun, keberhasilan mereka memasyaratkan sebuah hukum Tuhan hingga banyak wanita muslim tersadarkan akan kewajibannya sebagai hamba perempuan di mata Ilah-nya, adalah pencapaian luar bisa. Bayangkan saja, sudah berapa ribu, ratus ribu, bahkan mungkin jutaan wanita negeri ini yang terinspirasi dan memutuskan berhijrah ke jalan yang lebih positif.
Saya mensimulasikan proses tersebut seperti cara para Wali Songo menyiarkan Islam ke ranah Nusantara. Lewat ritual agama hindu yang pribumi punya, para sunan menyelipkan nilai keislaman di dalam proses ritual budaya setempat. Lewat seni pewayangan, seni musik dan tetabuhan, seni arsitektur dan bangunan, bahkan seni lukisan dan tulis-tulisan.
Salah satu contoh yang masih mengakar hingga kini adalah adanya tetabuhan sebelum adzan pertanda shalat dikumandangkan. Dalam kisah Sunan Bonang menyebarkan agama Islam, beliau menggunakan sarana musik tradisonal sebagai perantara dakwah. Beliau menyempurnakan instrumen gamelan, terutama bonang, kenong, dan kempul. Pada mulanya, masyarakat setempat yang berpaham hindu menjadikan bunyi-bunyi tetabuhan sebagai pertanda upacara keagamaan akan segera dimulai. Tetabuhan itu dimaksudkan agar seluruh rahayat desa berkumpul dan bersiap diri menuju Tuhan yang mereka yakini. Jadilah ketika Sang Sunan mengenalkan Islam, kebiasaan memanggil jama'ah untuk beribadah bersama di langgar dengan kumandang adzan, dibaurkan dengan kebiasaan membunyikan tabuhan yang sekarang lazim dikenal dengan bedug atau beduk.

Sunan Bonang (1465-1525)
Semakin kesini, sudah banyak ummat Islam yang mengkaji agama lebih dalam. Diketahui kemudian, bahwa praktek yang tidak bersumber langsung dari ajaran Rasulullah SAW dan Tuhan-Nya, adalah sebuah bid'ah atau praktek melebih-lebihkan. Padahal sudah jelas, di Makkah kota suci saja, tidak ada ritual bedukan. Banyak masjid di negeri kita yang meninggalkan tradisi bedukan tersebut. Namun, lebih banyak yang mempertahankannya karena selain dinilai sebagai seni, bedukan memiliki fungsi tersendiri sebagai penegasan terhadap kumandang adzan pertanda waktu shalat datang. Dalam hal jumhur, mempertahakan praktek bid'ah yang baik ini dinamai Bid'ah Hasanah. Secara lebih jauh lagi, bagaimanapun, ritual tetabuhan dianggap sebagai salah satu sarana dakwah islamiyah di zaman para wali yang peran syi'arnya tidak bisa kita diskreditkan.
Berangkat dari simulasi tersebut, saya menganalogikan "hijab cantik" sebagai syi'ar akan perintah Tuhan tentang kewajiban wanita muslim menutup aurat, sama halnya dengan peran ritual tabuh-tabuhan yang diinternalisasi oleh adzan sebagai perintah Tuhan kepada ibadah shalat. Keduanya, adalah trik agar Islam bisa lebih dekat kepada para awam. Sebuah peran "pengajak" yang dianggap membumi.
Sama dengan penyadaran ummat Islam terhadap praktek bid'ah yang ada pada ritual tabuh-tabuhan, para pengamat agama akhir-akhir ini pun mulai menyuarakan kontradiksinya terhadap hijab cantik yang dianggap terlewat modis dan lupa akan fungsi utamanya sebagai syari'at. Namun, berbeda halnya dengan bedukan, sifat berlebih-lebihan dalam mengenakan hijab jelas bukan perkara yang dianggap baik. Bedukan tidak menghilangkan esensi adzan sebagai penanda waktu shalat datang. Sementara hijab cantik yang kebanyakan modelnya terawang, mencolok, tidak menutup dada, dan ketat, adalah serangkaian aksi menghapuskan nilai hijab sebagai penutup aurat.
Sebagai muslimah yang mencintai seni, saya mencoba mengambil sebuah jalan tengah. Tidak bisa saya pungkiri, kehadiran hijab cantik adalah solusi bagi muslimah yang ingin tampil modis dan percaya diri. Namun, atas dasar pertanggungjawaban saya terhadap ilmu agama yang sudah saya pahami, saya mencoba menyederhankan ketentuan tutup-menutup aurat agar lebih bisa saya mengerti. Dalam kondisi yang masih seperti sekarang ini, sebagai remaja, mungkin masih terasa berat bagi saya membiasakan diri menggunakan gamis sebagai pakaian sehari-hari dan kerudung selebar mukena ke manapun saya pergi. Akhirnya, saya memutuskan agar lebih membatasi diri ketimbang memperjauh langkah kaki. Maksud saya, jika saya belum bisa berpakaian serba lebar dan masih ingin berekspresi layak anak muda lainnya, maka, aturan fundamental-lah yang saya gunakan sebagai acuan: tidak terawang, tidak ketat, tidak mencolok, dan menutupi dada.
Pada akhirnya, manusia memang selalu berhak menengahi dua urusan yang bersebrangan setelah kebebasan memilih diantara keduanya mereka dapatkan. Selama pakaian penutup aurat kita tidak ketat, tidak mencolok, tidak berlebihan, tidak terawang, dan jilbab kita menutupi dada sesuai dengan yang disyari'atkan, maka pakailah. Pun halnya kebebasan berekspresi dalam rangka memperindah diri di hadapan sejawat-sejawati. Yang terpenting menurut saya adalah, bagaimana sikap kita menjauhi perkara yang berlebih-lebihan apalagi jika kondisi yang kita miliki tidak cukup mumpuni. Jelas ada alasan mengapa para sosialita memilih pakaian serba mewah untuk koleksi lemari bajunya. Karena pada dasarnya, mereka mampu membelinya. Namun sekali lagi, pembatasan secara agamawi, mempertegas kembali fungsi hijab sebagai penutup perhiasan diri, bukan sebagai perhiasan baru yang menjadikan hijab kehilangan jati dirinya yang hakiki.
Semoga, tulisan saya ini bisa bermanfaat bagi Anda yang membacanya, dan khususnya memberikan inspirasi kepada wanita muslimah lainnya :)

Regards, @ndanazihah
Jakarta, 15 Juli 2013 | 14.52 WIB

image sources and refference:
http://helloskyblu.blogspot.com/2010/01/sinetron-aisyah-di-rcti-pkl-330-wib.html
http://kolom-biografi.blogspot.com/2010/04/biografi-sunan-bonang.html
http://satriopinandito.wordpress.com/2009/01/07/memahami-metode-dakwah-walisongo/
http://benefiko.tumblr.com/
http://hijaberscommunity.blogspot.com/2012_09_01_archive.html

Sunday, June 9, 2013

Oversized Style















credit
MODEL | NAUFI ULUMUN NAFI'AH
STYLIST | NIDA KHANSA NAZIHAH
PHOTOGRAPHER |  NIDA KHANSA NAZIHAH
PLACE | "H" BUILDING
TAKEN ON | APRIL 13th 2013

Saturday, June 8, 2013

FORANZA SILLNOVA DESCRIPTION



            Sebagaimana Insan Cendekia dibangun oleh Bacharudin Jusuf Habibie untuk mewadahi mimpi anak muslim seluruh negeri, seratus duapuluh manusia terpilih menjejakkan kaki di kampus berprestasi tanggal 10 Juli 2010. Berasal dari Batam, Lampung, Bangka Belitung, Pontianak, Jakarta, Bogor, Depok, Bandung, Ciamis, Majalengka, Garut, Cirebon, Semarang, Demak, Wonosobo, Temanggung, Solo, Yogyakarta, Batang, Kebumen, Lamongan, Malang, Tulungagung, Gresik, Banyuwangi, Bali, dan ranah lain di penghujung negeri. Berlatar belakang banyak suku dan lini ekonomi. Menyisihkan ribuan orang yang menyaingi. Atas nama hijrah, mereka berpindah dan kemudian mempersatukan diri. Berkesempatan merasai beasiswa penuh untuk tiga tahun masa pendidikan yang akan dijalani.
            Mereka membangun mimpi. Menyemai semangat yang Insan Cendekia doktrinasi, kemudian mengikat diri dalam nama “Foranza Sillnova” agar mimpi yang tadinya milik sendiri-sendiri, bisa diwujudkan serayaan duniawi. Hari itu, adalah 10 Oktober 2010 yang bersejarah. Ada pertalian ukhuwah. Ada semacam karunia Ilah. “Forza Esperanza Solidarity Will Not Ever Vanish” mulai memasang arah. “Forza” berarti Generasi dan “Esperanza” berarti Mimpi. Generasi Impian dengan solidaritas hakiki.
            Seminggu masa orientasi dilewati di Pekan Ta’aruf Siswa (PTS) An-Nahl. Nama yang dinukil dari surat ke-16 Al-Qur’an Suci, karena Foranza Sillnova merupakan angkatan ke-16 MAN Insan Cendekia Serpong. Memasuki tahun pertama, sebagian mereka cepat berhasil beradaptasi, kebanyakannya tertatih-tatih dahulu diiringi dukungan sana-sini untuk selalu bangkit berdiri. Lepas dari pegangan orang tua dan famili di kampung halaman, kiranya ucapan terimakasih patut dihantarkan untuk wali asrama yang sedia setia menemani. Remedial bisa jadi makanan sehari-hari. Belajar dan beribadah; rutinitas tiada henti.
            Sementara, benarlah kata Soe Hok Gie. Pemuda-pemudi berada dalam tiga deskripsi: Buku, Pesta, dan Cinta. Berlelahan dalam penyesuaian belajar di tahun pertama, ada “pesta” yang menyambut di tahun kedua. Dengan acara Sonic Linguistic 2012 sebagai pencapaian terbesarnya, OSIS 2011/2012 berhasil menjadi salah satu masa jihad OSIS terbaik MAN Insan Cendekia Serpong. Sonic Linguistic 2012 yang sukses besar, memberikan kesan mendalam bagi seluruh siswa-siswi Insan Cendekia pada waktu itu. Terlebih, bagi Foranza Sillnova dan Bapak Drs. Ahmad Hidayatulloh, M. Pd., yang kala itu menjabat sebagai Kepala Madrasah. Dalam wadah oraganisasi seperti OSIS inilah, para penumpang di “bahtera” Foranza Sillnova belajar tentang kepemimpinan, kerjasama, kepiawaian sosial, dan banyak lagi ilmu kehidupan lain. Tak lupa, pun demikian dalam wadah organisasi Majelis Permusyawaratan Siswa (MPS) yang menjadi pengawas jalannya seluruh kegiatan OSIS dalam mencapai visi dan misinya.
            Kemudian, adalah Cinta. Alasan mengapa lebih dari seratus anak Foranza Sillnova memilih bertahan dan berupaya meneruskan perjuangan di tahun ketiga. Ada cinta yang memotori semangat memberikan yang terbaik. Bagi guru, bagi orang tua, bagi angkatan, juga bagi diri sendiri. Ada cinta yang terlanjur tumbuh dan berkembang di antara sejawat-sejawati. Saling mengingatkan, saling menyemangati, saling berbagi, dan saling nasehat-menasehati, adalah kiat yang mengantarkan mereka terus berprestasi.
            Hal itu pulalah yang mungkin menjadi salah satu digdaya seorang di antaranya, M. Aji Muharrom, berhasil menyabet medali Perunggu dalam ajang bergengsi dunia, “International Olympiad of Informatics" di akhir tahun 2012. Dan padatnya jadwal ujian, bukan lagi rintangan yang menyusahkan. Justeru, masa akhir yang dilakoni dalam nadir perjuangan ini, adalah momentum pembuktian bagaimana Foranza Sillnova mengarungi bombardir ujian studi dan ujian mental diri. Terbukti, seratus enambelas ijazah berhasil didapatkan saat wisuda nanti. Foranza Sillnova adalah angkatan MAN Insan Cendekia Serpong dengan peraih ijazah terbanyak.
            Foranza Sillnova; angkatan yang penuh potensi, banyak hobi. Dari mulai piawai berseni, bersastra-berpuisi, berkritis-berorasi, berdakwah-berqira’ah, dan masih banyak lagi. Hobi pelesir kesana kemari dari mulai gunung tertinggi di Jawa, hingga pantai memukau Indonesia. Hobi berkarya; dalam bingkai, dalam benang, dalam syair, dalam lagu, dalam tulisan, dalam gerakan, dan berbagai karya ciptaan.
            Tiga tahun terlewati dengan berbagai macam rasa, berbagai macam karunia. Sudah saatnya mereka meneruskan perjuangan. Ada penguraian yang tak lantas menjadi perceraian tali persaudaraan. Lebih dari sekedar selembar kertas bertuliskan “Lulus”, mereka akan segera diembani amanat yang tak kalah besar dan hebat. Menyambut Indonesia ke-100 tahun di tahun 2045 kelak, diharapkan di barisan depanlah mereka berada nanti. Menjadi panji kejayaan Indonesia yang Islami. Membangun Indonesia dengan perannya sendiri-sendiri seperti yang pertama kali mereka impikan di MAN Insan Cendekia Serpong. Menelurkan semangat perjuangan The Founding Father, B.J. Habibie.
            Tanggal 29 Mei 2013, adalah hari dijadwalkannya Foranza Sillnova dilepas. Angkatan yang penuh potensi. Tak lain, didapat dari banyak ajaran, bimbingan, binaan, dan asahan seluruh guru dan civitas MAN Insan Cendekia Serpong. Juga, dukungan dan doa orang tua dan sanak saudara di handai taulan. Tak dilupakan, atas kesemua fasilitas memadai yang memperlancar segala proses pengembangan dan aktualisasi diri. Kementrian Agama yang sedia mengucurkan pundi untuk tiga tahun beasiswa yang dinikmati, dan tentu dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Tiada kata yang lebih pantas menyamai syukur dan terimakasih ini, dan tiada kata yang lebih munajat dibanding “Alhamdulillaah”. Selawasnya waktu yang telah berjalan dalam kurun tiga tahun, maaf dan sesal atas salah dan khilaf yang menghiasi semogalah diridhai Allah sebagai taubat.

“Insan Cendekia, Foranza Sillnova mohon undur diri...”

Tangerang Selatan, 23 Mei 2013 | 11.49 am
NIDA KHANSA NAZIHAH :-*

Saturday, May 25, 2013

Vintage Fussion







credit
MODEL | ARAFAH  KHOIRUL UMAH
STYLIST | NIDA KHANSA NAZIHAH
PHOTOGRAPHER |  NIDA KHANSA NAZIHAH
PLACE | "H" BUILDING
TAKEN | MAY 17th 2013

Friday, May 24, 2013

Army




credit
MODEL | UKHTI MAHABBATI RIZQI SALIM
STYLIST | NIDA KHANSA NAZIHAH
PHOTOGRAPHER |  NIDA KHANSA NAZIHAH
PLACE | A SPACE BETWEEN "H" AND "Z" BUILDINGS
TAKEN ON | MAY 17th 2013

PERSEMBAHAN FORANZA SILLNOVA UNTUK INSAN CENDEKIA

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas bakal diumumkan Jumat, 24 Mei 2013. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mekanisme pengumuman akan diserahkan ke masing-masing sekolah. Namun, kata Nuh, peraih nilai ujian tertinggi sudah bisa diumumkan hari ini.

"Tertinggi Ni Kadek Vani Apriyanti dari SMA Negeri 4 Denpasar," ucap Nuh ketika ditemui di kantornya, Kamis, 23 Mei 2013. Menurut Nuh, Vani mendapatkan nilai tertinggi yakni 9,87. SMA Negeri 4 Denpasar sendiri berhasil menempatkan lima siswanya di 12 peringkat teratas.

Berikut nama 12 siswa peraih nilai Ujian Nasional Murni SMA tertinggi:
1. Ni Kadek Vani Aapriyanti, SMA Negeri 4 Denpasar Bali, 9,87
2. Aditya Agam Nugraha, SMA Negeri 1 Surakarta, Jateng, 9,78
    Helena Marthafriska Saragi Napitu, SMA Swasta Methodist 2, Medan, Sumatera Utara, 9,78
3. Made Hyang Wikananda, SMA Negeri 4 Denpasar Bali, 9,76
    Luh Putu Lindayani, SMA Negeri 4 Denpasar Bali, 9,76
4. Elva Vidya, SMA Kristen 5 BPK Penabur, DKI Jakarta, 9,75
    Gracia Isaura Raulina, SMA Negeri 8, DKI Jakarta, 9,75
    Putu Siska Apriliyani, SMA Negeri 4 Denpasar Bali, 9,75
    Nadia Anindita Vandari, MA Negeri Insan Cendekia, Ciater, Serpong, Banten, 9,75
5. Sarah Alya Firnadya, SMA Negeri 8, DKI Jakarta, 9,73
    Zulva Facharina, SMA Negeri 10 Samarinda, Kalimantan Timur, 9,73
    Putu Indri Widiani, SMA Negeri 4 Denpasar Bali, 9,73

Sedangkan 10 sekolah dengan rata-rata nilai Ujian Nasional tertinggi, sebagai berikut:
1. SMA Negeri 4 Denpasar, 296 Siswa, 100 persen lulus, nilai 9,17
2. MA Negeri Insan Cendikia, Ciater, Serpong, 116 siswa, 100 persen lulus, 8,93
3.SMA Kristen 1 BPK Penabur Jakarta, 295 siswa,100 persen lulus, 8,88
4. SMA Santa Ursula, 205 siswa, 100 persen lulus, 8,87
5. SMA Negeri 1 Denpasar, 512 siswa, 100 persen lulus,8,81
6. SMA Negeri 3 Lamongan, 230 siswa, 100 persen lulus, 8,81
7. SMA Negeri 1 Babat Lamongan, 300 siswa, 100 persen lulus, 8,81
8. SMA Negeri 10 Fajar Harapan Banda Aceh, 75 siswa, 100 persen lulus, 8,79
9. SMA Negeri 1 Kembangbahu Lamongan, 124 siswa, 100 persen lulus, 8,78
10. SMA Negeri 8 Jakarta, 417 siswa, 100 persen lulus, 8,74.

Friday, March 29, 2013

Lupita



 ***








 

***



credit
MODEL | AMALIA LUPITASARI
STYLIST | NIDA KHANSA NAZIHAH
PHOTOGRAPHER | NAUFI ULUMUN NAFI'AH - NIDA KHANSA NAZIHAH
PLACE | BESIDE THE MPB 
TAKEN | APRIL 13th 2013